Mungkin sebagian dari anda lebih mengenal pellet sebagai pakan utama dalam peternakan burung. Namun, bagi yang memiliki hobi memelihara burung kicau, jenis makanan yang bisa diberikan kepada unggas piaraannya ada beraneka macam, salah satunya adalah kroto. Dalam masyarakat Jawa, kata "kroto" mungkin sudah familiar di telinga. Kroto adalah nama istilah yang merujuk pada campuran telur larva dan pupa dari jenis semut penganyam yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Oecophylla smaragdina. Telor-telor yang dihasilkan tersebut merupakan pakan yang sangat bernutrisi bagi unggas burung pemakan serangga (insektivora). Kandungan gizi yang terdapat dalam kroto-kroto tersebut menjadi pakan favorit yang diinginkan para peternak burung untuk memanjakan hewan piaraannya. Bahkan para pecinta ikan hias pun sering rela mengeluarkan duit banyak untuk mendapatkan jenis pakan alami tersebut. Jika di daerah anda banyak terdapat orang-orang yang memelihara burung atau ikan, maka beternak semut penghasil kroto bisa menjadi sebuah celah usaha yang bagus. Bagaimanakah cara memulai usaha peternakan Semut Kroto? Mari kita simak bersama!!!
1. Memahami Kehidupan Semut Penghasil Kroto
Jenis semut yang menghasilkan kroto (telor semut) adalah Semut Rangrang yang memiliki ciri berwarna kemerahan, bertubuh besar, dan memiliki gigitan yang menyengat. Semut ini umumnya hidup di pepohonan yang rimbun dan tinggi, seperti mangga, jambu, dan rambutan. Dalam ekosistem, semut rangrang memiliki fungsi untuk melindungi tanaman tempat habitatnya dengan cara mengusir hama-hama pengganggu, sehingga memberikan keuntungan bagi para petani. Dalam habitatnya, koloni semut rangrang biasanya membangun sarangnya dengan cara menggulung atau menganyam dedaunan dengan serat sutra yang dihasilkan bersama larvanya, sehingga dikenal sebagai semut penganyam. Jenis semut yang juga dinamai Weaver Ant ini umumnya hidup di kawasan Asia dan Australia. Dalam koloni sarangnya, terdapat semut pejantan, induk ratu, dan semut pekerja (prajurit). Makanan utama kelompok semut rangrang adalah gula (madu bunga) dan protein (misalnya daging ulat). Reproduksi ratu semut biasanya setiap 20 hari sekali.
2. Menyiapkan Peralatan dan Koloni Semut
Beberapa alat yang dibutuhkan untuk peternakan semut rangrang penghasil kroto adalah toples sebagai pengganti sarang, dedaunan, dan rak untuk menaruh toples-toples tersebut. Sementara koloni semut yang akan dikembangbiakan bisa diperoleh di alam atau membeli di peternak-peternak semut dengan kisaran harga 30-60 ribuan rupiah per kandang.
3. Melakukan Pemeliharaan
Setelah semua perlengkapan tersedia, maka koloni semut penghasil kroto tersebut dipindahkan ke dalam toples bersama dengan sarang daunnya. Tambahkan beberapa lembar daun yang sejenis dengan sarangnya. Semut-semut tersebut akan beradaptasi dalam beberapa hari kemudian. Jenis pakan yang dapat diberikan antara lain daging belalang, jangkrik, ulat, dan serangga lainnya. Sementara minuman yang disediakan adalah air gula pengganti madu alam. Pemberian minum tersebut dapat dilakukan dengan bantuan media kapas.
4. Kegiatan Pemanenan dan Pemasaran
Proses pemanenan telur rangrang (kroto) umumnya dapat dilakukan setiap 20-30 hari sekali. Namun sebagai siklus usaha, jangan semua telur dipanen dan dijual. Sisakan untuk mengganti generasi semut yang telah tua. Setiap satu koloni semut (satu toples) dapat menghasilkan rata-rata 0,7 ons kroto, sehingga 100 toples diperkirakan hasilnya 5-7 kg. Dengan harga pasaran antara 50 ribu sampai 70 ribu rupiah, maka dalam setiap panen bisa menikmati omzet sekitar 400ribuan rupiah. Dalam memasarkan produk kroto tersebut, anda wajib menawarkan ke peternak-peternak burung kicau atau para pengusaha budidaya ikan, karena kandungan protein yang tinggi tentu memiliki daya tarik yang kuat untuk dibeli oleh mereka. Beberapa perusahaan kosmetik dan obat-obatan mulai tertarik untuk meneliti khasiat dari larva semut rangrang tersebut, sehingga kedepannya berpotensi menjadi primadona usaha.
0 komentar:
Posting Komentar